"Napak Tanah Rencong"
Dalam Adventure Season kali ini,tim Napak Tanah Rencong memilih Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sebagai tujuan untuk adventure season. TNGL yang membentang di jajaran pegunungan Bukit Barisan, tam
an nasional ini berada dalam lima (5) Kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam yaitu Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Tengah, Aceh Timur dan Aceh Singkil. Juga sebagian wilayahnya berada dalam naungan dua
Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yaitu di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo. Pegunungan ini mempunyai tiga puncak terkenal dengan puncak tertingginya adalah Puncak Tanpa Nama 3455m dpl, Puncak Loser 3404m dpl, dan puncak Leuser 3143m dpl. Masih ada satu puncak lagi yaitu puncak Karang Putih atau penduduk setempat menyebutnya dengan sebutan Pucuk Aceh.
Secara spesifik kawasan taman nasional ini terdiri dari Suaka Margasatwa (SM) Kluit 20.000ha, SM Gunung Leuser 416.500 ha, SM Kappi 142.800 ha, SM Langkat Selatan 82.985 ha, SM Sikundur 60.000 ha, Taman Wisata (TW) Lawe Gura 9.200 ha, TW Sikundur 18.500ha, dan hutan lindung dan hutan produksi terbatas seluas 292.707 ha. Dan pada perkembangannya kawasan yang menjadi prioritas pelestarian dan perlindungan berkembang menjadi sekitar 1.790.000 ha yang dikenal dengan kawasan Ekosisem Leuser yang terletak pada 3-4º LU dan 97-98º BT, yang meliputi 100 km sepanjang Pegunungan Bukit Barisan dan membentang dengan batas ketingian 0 – 3455m dari permungkaan laut. Dengan demikian ini menjadikan Taman Nasional Leuser merupakan taman nasional yang terbesar di Indonesia.
Dewasa ini ada dua rute pendakian menuju puncak Leuser yang pertama adalah dari utara tepatnya dari desa Kedah, ini adalah rute normal yang sering dipakai pendaki, dari desa Kedah ke puncak leuser membutuhkan waktu paling cepat 7 hari pendakian, sedangkan rute pendakian satu lagi dari arah selatan, rute ini jarang dipakai karena cukup jauh dan medannya lebih berat.
Perijinan harus di urus di Kedah, tapi biasanya bisa minta bantuan Guide untuk mengurusnya. Untuk pendakian gunung Leuser diharuskan untuk membawa Guide, dengan alasan faktor keamanan., persyaratan berupa surat jalan kepolisian daerah asal, dan organisasi asal serta Foto Copy KTP perlu disiapkan.
Untuk transportasi dari kota Medan ke Kedah dengan menggunakan mobil jenis L300 milik PO. Karsimana atau PO. BTN, kedua nya memiliki pool di jalan Bintang, jadwal keberangkatan tiap harinya adalah jam 19:00 WIB dan sampai di Kedah ke esokan harinya.
Jalur Pendakian Gunung Leuser
1.Kedah – Sinnebuk Green
Dusun Penosan, yang merupakan bagian dari desa Kedah adalah merupakan gerbang masuk
menuju puncak Leuser, di dusun kecil ini, tim mengawali perjalanan dari rumah Mr.jali menuju bungalows dengan melewati jalur setapak yang menyusuri ladang dan perkebunan warga kemudian turun kearah sungai kecil dan menyeberanginya, kemudian masuk ke hutan kawasan
Sinebuk Green, Sebagai sarana pendukung dari kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan taman nasional gunung leuser tersebut terdiri dari 5 buah bangunan berbentuk seperti bungalow dan satu buah bangunan gubuk sederhana. Dari 5 bungalow,1 bungalow memiliki ukuran yang lebih besar dari yang lain,bungalow ini dapat digunakan sebagai sarana istirahat bagi para pendaki, baik sebelum memulai pendakian maupun setelah selesai pendakian,vegetasi dijalur ini tidak terlalu rapat,lama waktu yang di butuhkan untuk mencapai bungalows kurang lebih 1 jam.
2.Sinnebuk Green – Tobacco Hut
Sinebuk Green bisa di katakan sebagai tempat untuk pematangan persiapan pendakian, dimana pematangan segala keperluan dan packingan sering di lakukan di sini, Jalur masih terlihat jelas dengan vegetasi yang tidak terlalu rapat. Jalur yang sedikit terjal di sini memberikan tantangan tersendiri. Selain itu, terdapat juga bagian jalur dimana kita mesti memipir sungai. Jalur di daerah sungai ini memang sedikit basah dan sedikit licin.
Di akhir jalur menuju Tobacco Hut, kita akan disambut oleh ladang-ladang yang cukup luas., Tim segera melanjutkan perjalanan menuju pos berikut nya adalah Tobacco Hut. Tabacco Hut ini dulu nya adalah sebuah areal perkebuanan teh namun telah dibakar dan dirusak selama terjadinya konflik Aceh silam. Disini terdapat sebuah pondok berbentuk panggung yang di gunakan oleh warga setempat sebagai tempat memotong tembakau dan pondok tersebut juga biasa dijadikan tempat beristirahat oleh para petani,penggembala dan para pendaki untuk melepas lelah. Tobacco Hut sendiri ditandai dengan adanya hamparan perkebunan tembakau milik warga, jalur pendakian berada agak ke kanan kemudian masuk kembali kedalam hutan mendaki punggungan Puncak Angkasan. Jalur setapaknya jelas dan terjal, di sini lah mental kita benar-benar di uji dan menguras tenaga di medan pendakian Leuser, tanjakan terjal tersebut sering disebut juga oleh penduduk setempat dengan tanjakan pantat, di karenakan sudut kemiringan jalur benar-benar terjal. Lama waktu yang dibutuhkan dari Sinebuk Green ke Tobacco Hut kurang lebih 4 jam.
3.Tobacco Hut – Simpang Angkasan
Setelah cukup lama bergulat dengan tanjakan pantat kita akan melewati track yang naik-turun punggungan kecil terbuka di awal jalur, kemudian kita akan melewati “pintu rimba” yang mengantarkan kita pada hutan rimba Leuser. Dari “pintu rimba” ke arah menuju Simpang Angkasan, setelah cukup lama mendaki kita akan sampai disebuah simpang jalan, kekiri menuju Puncak Angkasan. Disini juga terdapat genangan sumber air namun berwarna coklat tapi bisa untuk diminum. Lokasi ini sering dijadikan tempat bermalam oleh pendaki. Arealnya cukup menampung 3 buah tenda. Dari sini jalan setapak menuju Pucak Angkasan terus cukup jelas dan terus menanjak. Setelah cukup lama mendaki kemudian keadaan hutan akan cukup terbuka dan sampai pada sebuah dataran yang cukup luas yang dikenal dengan nama Camp I. Pada jalur terjal ini, jalur juga akan diramaikan oleh jejeran akar pepohonan yang cukup licin. Lama waktu yang dibutuhkan dari Tobacco Hut ke Simpang Angkasan kurang lebih 5 jam.
4.Simpang Angkasan – Camp I
Jalur terjal dari Simpang Angkasan masih sering dijumpai di sini, meskipun ada beberapa bagian jalur yang relatif landai. Jejeran lumut pegunungan yang mengeluarkan bau khas juga dapat kita jumpai di awal dan pertengahan jalur, dimana vegetasi di tempat itu lumayan rapat. Di akhir jalur, vegetasi yang sudah tidak terlalu rapat cukup memberikan pemandangan yang berbeda. Namun, jalur-jalur terjal justru banyak terdapat di akhir jalur ini. Camp I ini merupakan sebuah dataran terbuka yang cukup luas bisa menampung 10 tenda kapasitas 3 orang, di lokasi ini terdapat sumber air berupa genangan air. Akan tetapi hanya ada airnya dimusim hujan saja, jika musim kemarau tidak ada air disini. Jika para pendaki mulai mendaki dari Kedah pagi hari sekitar jam 7 dan bergerak secara konstan maka akan bisa mencapai Camp I ini pada sore hari sekitar jam 6. Dari lokasi ini jalan setapak masih terus menyusuri beberapa daerah punggungan yang terbuka dan sesekali harus menyelinap diantara rimbun dahan-dahan pohon. Setelah itu hingga sampai Puncak Angkasan kondisi medan pendakian akan terbuka jika cuaca cerah akan terlihat jelas Kuta Panjang dan desa Kedah. Lama waktu yang dibutuhkan dari Simpang Angkasan ke Camp I kurang lebih 3 jam.
5.Camp 1– Puncak Angkasan
Jalur cukup jelas dan vegetasi yang lumayan rapat membuat jalur ini sulit sekali mendapatkan sinar matahari secara langsung. Pemandangan lain dari jalur ini adalah banyaknya pohon-pohon melintang dan tentunya lumut-lumut pegunungan yang tumbuh di batang-batang pohon besar. Permulaan jalur masih berisikan jalur-jalur yang tertutup oleh rapatnya vegetasi. Setelah itu, memasuki bagian dimana kita mesti naik-turun punggungan tipis terbuka. Kehati-hatian sangat diperlukan ketika kita melewati bagian jalur ini, karena banyak bagian jalur yang hanya sedikit berjarak dengan jurang. Selain itu, ranting-ranting yang sering menutupi jalan sedikit menyulitkan kita untuk melalui jalur ini. Pucuk Angkasan adalah sebuah puncak gunung yang pertama kali harus dilewati oleh pendaki, dan dari Puncak Angkasan ini jika cuaca cerah para pendaki bisa melihat sosok puncak Leuser terlihat jauh membiru di arah selatan. Pucuk Angkasan ini juga sering dijadikan areal camp oleh para pendaki, agak terbuka dan cukup luas untuk empat sampai lima tenda, sumber air berada sedikit agak turun dari pucuk angkasan tepatnya disebuah padang rumput kecil yang banyak sekali ditumbuhi oleh kantong semar kecil-kecil aneka warna. Dari Puncak Angkasan jalur setapak menurun melewati padang rumput kecil tadi dan terus memipiri punggungan dan kemudian menanjak terus memipiri punggungan dan sampai di pos berikutnya yaitu Kayu Manis I. Lama waktu yang dibutuhkan dari Camp I ke Puncak Angkasan kurang lebih 4 jam.
6.Puncak Angkasan – Kayu Manis I
Permulaannya kita mesti menuruni sebuah punggungan yang tidak terlalu terjal. Kemudian, kita mesti kembali naik-turun punggungan hingga sampai ke Kayu Manis I. Pohon-pohon melintang, tertutupnya jalur akibat rapatnya vegetasi, dan lumut-lumut pegunungan juga mesih ada di jalur menuju Kayu Manis I ini.
Kayu Manis I merupakan tempat yang cukup nyaman bagi para pendaki untuk membangun camp. Tanahnya datar dan cukup untuk 2-3 buah tenda. Suhu di tempat ini yang lebih dingin dibandingkan tempat camp lainnya dan terbukanya pemandangan, semakin menambah kelebihan dari tempat ini. Sumber air di tempat ini berupa sebuah genangan air. dari sini puncak-puncak pegunungan Leuser jelas terlihat. Dari sini perjalanan terus memipiri punggungan dan menanjak naik, kemudian turun dan sampai di Kayu Manis II. Lama waktu yang dibutuhkan dari Puncak Angkasan ke Kayu Manis I kurang lebih 2 jam.
7.Kayu Manis I – Kayu Manis II
Permulaan jalur berisikan naik-turun punggungan dengan vegetasi yang lumayan rapat. Kemudian di akhir jalur, kita akan menjumpai ilalang-ilalang tinggi yang terkesan menutupi jalur. Akibatnya, jalur pun sedikit sulit untuk dilihat dan tidak sejelas jalur-jalur sebelumnya. Kayu Manis II ini lebih kecil dari kayu manis I dan biasanya dipakai pendaki untuk beristirahat sejenak karena letaknya yang tanggung antara Kayu Manis I dan Kayu manis II. Lama waktu yang dibutuhkan dari Kayu Manis 1 ke Kayu Manis 2 kurang lebih 2 jam
8.Kayu Manis II – Kayu Manis III
Selepas kayu manis II ini jalan setapak kembali menurun dan kemudian menanjak cukup tajam menuju puncak Kayu Manis III, Kayu Manis III itu sendiri berupa sebuah puncak bukit yang terbuka dan cukup luas menampung 5 tenda, sumber air tidak ditemukan di puncak ini. Pemandangan masih bisa lepas melihat puncak-puncak pegunungan Leuser. Dari sini kemudian jalan setapak menurun tajam, disarankan untuk ekstra hati-hati karena karena jalur yang dilewati licin dan di tumbuhi lumut, tumbuhan Rotan yang sering membuat kaki si pendaki tersandung dan terjatuh. kemudian memasuki hutan berlumut yang basah, dan pohon-pohon rubuh yang melintang di tengah jalan. Jalur track yang basah dan berhumus tebal terus menurun curam hingga sampai pada sebuah daerah lembah.
9.Kayu Manis III – Lintasan Badak
Jalur dari kayu manis III menuju Lintasan Badak masih tidak jauh berbeda dengan jalur-jalur pada umumnya. Naik-turun punggungan, pohon-pohon melintang, serta rapatnya vegetasi dengan lumut-lumut pegunungan yang tersebar di sepanjang jalur. Setelah melewati track yang menurun curam sampai ke dasar lembah disini terdapat pos yang disebut dengan Pos Lintasan Badak. Pos ini berada di sebelah kiri jalan setapak, lahan terbuka dan cukup lebar untuk dapsat memuat 3 hingga 4 tenda. Dilokasi terdapat sumber air genangan hasil rembesan dari pepohonan sekitarnya, ini menyebabkan air nya berwarna coklat namun bisa untuk diminum. Kemudian jalur setapak dari pos ini kembali menuntun kita memasuki hutan yang dikenal dengan sebutan hutan Papanji, di hutan ini menurut informasi populasi Harimau Sumatera masih cukup banyak dan sering terlihat, ada baiknya para pendaki berjalan berkelompok sewaktu melewati hutan ini. Keadaan jalan setapaknya menanjak dan hutannya lembab, banyak ditumbuhi oleh rotan berduri. Keadaan seperti ini terus berlangsung hingga sampai di Pos Papanji. Lama waktu yang dibutuhkan dari Kayu Manis III ke Lintasan Badak kurang lebih 2 jam
10.Lintasan Badak – Papanji
Selanjutnya perjalanan dari Lintasan Badak menuju Papanji, jalur di sini berisikan medan-medan yang cukup terjal. Naik-turun punggungan, rapatnya vegetasi, pohon-pohon melintang, dan lumut pegunungan juga masih akan terlihat di jalur ini. Yang perlu dicatat adalah adanya beberapa bagian dari jalur ini yang tidak terlihat dan beresiko menyesatkan. Pos Papanji ini berada persis di jalan setapak di dalam rapatnya hutan Papanji, sebuah dataran tanah yang kecil dan hanya bisa menampung 2 buah tenda. Di atas sedikit dari pos ini terdapat sebuah sumber genangan air. Sebaiknya mengambil air jangan diwaktu magrib dan pagi hari sekali karena menurut informasi jam-jam tersebut adalah jam nya Harimau Sumatera untuk minum. Dari pos Papanji ini jalur terus mendaki keadaan hutan masih rapat dan hingga sampai di derah puncak papanji jalan setapak berbelok kekiri dan kemudian memipiri punggungan menurun. Lama waktu yang dibutuhkan dari Lintasan Badak ke Papanji kurang lebih 3 jam.
11.Papanji – Blangbeke
Selanjutnya perjalanan dari Lintasan Badak menuju Papanji, Jalur di sini berisikan medan-medan yang cukup terjal. Naik-turun punggungan, rapatnya vegetasi, pohon-pohon melintang, dan lumut pegunungan juga masih akan terlihat di jalur ini. Yang perlu dicatat adalah adanya beberapa bagian dari jalur ini yang tidak terlihat dan beresiko menyesatkan. Pos Papanji ini berada persis di jalan setapak di dalam rapatnya hutan Papanji, sebuah dataran tanah yang kecil dan hanya bisa menampung 2 buah tenda. Di atas sedikit dari pos ini terdapat sebuah sumber genangan air. Sebaiknya mengambil air jangan diwaktu magrib dan pagi hari sekali karena menurut informasi jam-jam tersebut adalah jam nya Harimau Sumatera untuk minum. Dari pos Papanji ini jalur terus mendaki keadaan hutan masih rapat dan hingga sampai di derah puncak papanji jalan setapak berbelok kekiri dan kemudian memipiri punggungan menurun. Lama waktu yang dibutuhkan dari Lintasan Badak ke Papanji kurang lebih 3 jam.
Selanjutnya di lanjutkan perjalanan dari papanji menuju pos Blangbeke, Permulaan jalur masih berisikan naik-turun punggungan bervegetasi rapat. Sementara di akhir jalur menuju Blangbeke, kita akan menjumpai padang luas dengan batuan vulkaniknya yang ditumbuhi oleh rumput-rumput liar. Di jalur ini, kita akan menjumpai jejak-jejak harimau Sumatera yang ternyata gemar melewati jalur ini jalan setepak terus membelah padang rumput ini yang banyak dijumpai aneka vegetasi yang beraneka ragam. Pos Blangbeke atau ada yang menyebut dengan pos Padang Rumput ini berada persis ditengah padang rumput dengan pemandangan pegunungan leuser dan lembah sungai alas. Cukup luas untuk mendirikan beberapa tenda, ada sumber air yang merupakan sebuah lubang yang sengaja di gali. Kemungkinan juga pada musim kemarau sumber air ini akan hilang.
12.Blangbeke – Camp Alas
Dari Pos Blangbeke ini jalan setapak terus menurun dengan jalur yang terus berisikan pohon-pohon berduri menempuh padang rumput yang terbuka, kemudian turun menyeberangi 2 buah anak sungai sebelum sampai di Sungai Alas dan kembali mendaki beberapa bukit yang terbuka dan akhirnya bertemu dengan sungai Alas. Ketinggian air Sungai Alas hanya setinggi tulang kering orang dewasa membuat hulu sungai ini tidak terlalu sulit untuk di seberangi. Namun, kami mesti tetap waspada karena batuan-batuan yang ada di dalamnya sangat licin, selain itu dinginnya air membuat kaki terasa beku. Sungai ini sangat berbahaya di musim hujan karena banjir bandangnya datang dengan tiba-tiba, jika terjadi banjir banding maka akan susah menyeberanginya, pendaki akan terpaksa harus menunggu sampai airnya surut. Setelah menyeberangi sungai Alas maka akan sampai di pos Camp Alas. Pos Camp Alas ini cukup luas persis berada dipinggir atas sungai Alas, cukup luas dengan hamparan rumput. Sering dijadikan camp bermalam oleh para pendaki. Daerah terbuka dan memiliki pemandangan yang cukup menarik dan air yang melimpah ruah.
13.Camp Alas – Kuta Panjang
Dari Camp Alas awal jalur masih berupa padang yang luas. Kemudian masuk lagi ke jalur bervegetasi rapat dengan ranting-ranting pohon yang menghantui tiap pendaki, jalur trek kemudian berbelok ke kiri menanjak naik mendaki sebuah punggungan yang tidak begitu curam, medan masih terbuka, hanya tanaman perdu cukup banyak di jumpai, dan kemudian sampai di Pos Kuta Panjang.Pos Kuta Panjang berada di atas sebuah bukit berumput dan terbuka cukup luas untuk menampung beberapa tenda. Sumber air terdapat di bebapa tempat berupa genangan air yang terkumpul. Namun dimusim kemarau tentu akan sulit menemukan air disini mengingat bentuk konturnya yang cukup tinggi.
14.Kuta Panjang – Kolam Badak
Dari Pos Kuta Panjang ini jalur track kemudian turun dan berpindah ke punggungan di sebelah kirinya menelusuri hutan naik terus punggungan tersebut dan akhirnya sampai di pos Kolam Badak,.
Kolam Badak tidaklah terlalu luas, hanya cukup untuk berdirinya 2-3 buah tenda. Sumber airnya masih berupa genangan air. Namun, yang membedakannya dengan genangan air di lokasi camp lainnya adalah ukurannya. Ukuran genangan air di Kolam Badak cukup besar dan menyerupai sebuah kolam. Jika kita ingin mengambil air di sini, kita mesti waspada agar tidak tercebur ke pinggiran kolam ini. Hal ini dikarenakan kita hanya dapat mengambil air dari tengah-tengah kolam.
15.Kolam Badak – Bivak I
Jalur di sini tidak jauh berbeda dengan jalur-jalur sebelumnya, yaitu jalur bervegetasi rapat dengan pohon-pohon melintang. Mungkin hanya di akhir jalur saja yang berbeda, dimana kita akan melewati padang yang cukup landai dan terbuka Pos Bivak I ini sebuah dataran terbuka dengan tumbuhan perdu, areal campnya berupa permukaan tanah yang cukup datar dan bisa memuat tiga buah tenda, namun di daerah ini tidak ada sumber air. Kalaupun ada hanya berupa genangan air. Yang di buat sendiri oleh warga setempat.
16.Bivak I – Camp Putri
Dari pos Kolam Badak ini jalur track terus mendaki terjal melewati punggungan dan tumbuhan perdu, hingga terus memipiri bagian atas punggungan tersebut kemudian turun ke sebuah dataran yang cukup luas yang sering memanjakan mata para pendaki dengan pemandangan yang luar biasa, namun di selama perjalanan menuju Camp Putri ini tidak ada sumber air. Kalaupun ada hanya berupa genangan air,track ini berlanjut mendatar terus memipiri bagian atas rangkaian punggungan tadi dibagian kanan cukup curam dalam dan dibagian kirinya lebih ladai setelah melewati beberapa punggungan akhirnya sampai di Pos Camp Putri, di sarankan untuk para pendaki agar selalu hati-hati karena jalur yang di lewati tersebut pada bagian kanan jalur berdekatan dengan jurang yang curam dan seringnya jalur tersebut tertutup oleh kabut tebal. Pos ini berada didaerah terbuka, dengan pemandangan yang lepas kearah puncak Tanpa Nama, Puncak Loser dan Puncak Leuser yang terlihat membiru didepan mata. Dengan beralaskan rumput mendirikan tenda di daerah ini sangat mengasyikan dengan pemandangan alam yang disuguhkan. Sumber air disini juga berupa genangan air yang hanya ada di musim hujan.
17.Camp Putri – Bivak Kaleng
Dari Pos Camp Putri ini, jalur tracknya menuruni lembahan menyeberang naik ke punggungan Gunung Bivak yang merupakan awal dari jejeran punggungan Puncak Tanpa Nama., setelah melewati punggungan Gunung Bivak akhirnya sampai di Pos Bivak Kaleng. Pos Bivak Kaleng ini merupakan sebuah dataran tanah yang terbuka dan tidak begitu rata, cukup untuk menampung 3 buah tenda, dahulu di daerah ini lokasi tempat ngedrop makanan untuk tentara belanda karena di sini banyak ditemukan bekas kaleng-kaleng makanan tentara Belanda, dan hingga sekarang masih ada sebagian yang tersebar di pinggiran semak-semaknya. Sumber air tidak ada disini hanya jika musim hujan bisa ditemukan air genangan di beberapa tempat di daerah ini.
18.Bivak Kaleng – Bivak batu
Jalur setapak dari Pos ini berlanjut kembali memasuki hutan perdu menanjak cukup tajam. Dan kembali menyusuri bagian atas punggungan yang terbuka dengan tumbuhan perdunya. Terus memipiri medan tersebut dan di kanan jalan jurang menganga dalam. Kemudian sampai di Pos Bivak Batu.Pos Bivak Batu ini berada persis diatas sebuah punggungan yang bisa memandang lepas puncak loser yang menyembul dibalik bukit yang ada diseberang lokasi pos ini. Pos ini sangat terbuka dan berada diatas lembah, pemandangan sangat indah dari pos Bivak Batu ini, sumber air hanya ada dimusim basah saja. Sementara dari Bivak Kaleng menuju Bivak Batu, naik-turun jalur diramaikan oleh lumut-lumut hijau pegunungan yang tumbuh di batang pohon-pohon besar. Pohon-pohon melintang pun tak terlupakan di jalur ini. Bivak Batu merupakan tempat yang cukup luas untuk membangun camp, cukup untuk 3-4 buah tenda. Di sekitar lokasi camp banyak sekali terdapat batuan vulkanik yang berukuran cukup besar. Mungkin karena terdapat batuan tersebut, maka tempat ini disebut Bivak Batu. Sumber air genangan pun juga terdapat di sini
19.Bivak Batu – Simpang Tanpa Nama
Dari pos ini jalan setapak turun menyeberangi lembah kembali memasuki hutan lumut yang cukup lebat pada dasar lembah ada sebuah 2 sungai kecil yang harus diseberangi, warga sering menyebutnya dengan sungai krueng kruet 1 dan krueng kruet 2 jalur di sini tetap di warnai oleh naik-turun punggungan dengan vegetasinya yang rapat. Dari jalur krueng kruet 2 para pendaki boleh sedikit lega karena jalur yang dilalui memang terkesan sedikit lebih landai, walaupun ada beberapa bagian dari jalur ini yang memang cukup terjal. Setelah melewati beberapa padang rumput kecil maka kita akan sampai di Pos Simpang Tanpa Nama. Pos Simpang Tanpa Nama ini adalah sebuah persimpangan jalan, jika belok kiri maka jalur setapak akan mengantarkan kita ke Puncak Tanpa Nama, lurus akan terus menuju Puncak Leuser. Lokasi pos ini merupakan areal terbuka yang ditumbuhi rumput, sumber air juga berupa genangan yang di gali dan sudah pasti hanya ada airnya di musim hujan saja.
20.Simpang Tanpa Nama – Lapangan Bola
Dari Pos ini jalur setapak menuju Leuser terus mengikuti punggungan bukit dan akhirnya turun ke sebuah padang rumput luas yang dikenal dengan sebutan Pos Lapangan Bola, Jalur di sini memang sudah terlihat dengan jelasnya, namun tetap saja memberikan kesan yang lebih bervariasi dibandingkan dengan jalur-jalur sebelumnya. Di permulaan jalur, kita mesti melewati padang dengan ilalang-ilalang yang tinggi, kemudian kita akan kembali naik-turun punggungan yang terbuka lebar dengan jalur yang terlihat jelas dari jauh sekalipun. Di jalur ini, jejak-jejak dari harimau Sumatera juga masih akan sering kita temui. Yang menarik di sepanjang jalur ini adalah akhir jalur menuju Puncak Loser. Di tempat ini terdapat banyak sekali batuan vulkanik, mulai dari ukuran yang kecil hingga yang besar tersaji di tempat ini, yang menjadikan tempat ini sebagai padang batuan vulkanik yang berfungsi sebagai alun-alun Puncak Loser. di Lapangan Bola inilah kami memutuskan untuk melakukan Summit Attack dari Pos Simpang Nama ini menuju kedua puncak megah di pegunungan Leuser, yaitu puncak Loser dan Leuser. Lapangan Bola ini seperti namanya merupakan padang rumput yang luas sekali melebihi besarnya lapangan bola, sedikit lembab dimusim panas tanahnya dan menjadi rawa dimusim hujan. Lokasi mendirikan tenda ada di ujung lapangan ini berada sedikit tinggi dari lapangannya sehingga tanahnya jauh lebih kering dan keras, untuk sumber air ada tidak jauh dari lokasi camp, sebelah kanan padang rumput agak kebawah sedikit. Dari pos Lapangan Bola, jalur track terus berlanjut memipiri gigiran punggungan dan kemudin menanjak naik kesebuah punggungan hingga sampai dipuncak punggungan tersebut kita akan bisa melihat sosok megah puncak Loser terpampang di depan mata, lokasi ini disebut juga dengan Gerbang Loser. Dari sini jalur track menurun tajam ke lembah kaki punggungan puncak Loser dan kemudian menanjak terus kearah kanan dan membelok ke bagian kiri, jalan setapaknya sudah bercampur dengan batu-batu granit, kondisi ini terus hingga mencapai Puncak Loser.
21.Lapangan Bola – Puncak Loser
Meskipun penampakan dari jalur tidaklah sejelas pada jalur sebelumnya, namun terdapatnya batu bersusun tiga sebagai tanda jalan sangatlah membantu para pendaki ketika melewati padang batuan vulkanik ini. Di padang batuan vulkanik ini, terdapat juga sebuah sungai kecil yang memiliki air yang sangat jernih. Padang batuan vulkanik ini merupakan lokasi yang akan mengantarkan para pendaki menuju Puncak Loser. Jalur yang terlihat jelas dari kejauhan memang membuat kita merasa sedikit malas untuk mencapai Puncak Loser. Jejak harimau Sumatera juga masih dapat kita jumpai di sini. Yang menarik adalah akhir jalur menuju Puncak Loser, kondisi Puncak Loser cukup luas, ada tiang tringulasi sekundernya dan di arah barat dari tiang ini ada sebuah cerukan yang sering dijadikan tempat mendirikan tenda oleh pendaki. Dipuncak Loser ada sumber air berupa genangan air. Dari puncak ini kita bebas memandang kesegala arah termasuk puncak Leuser yang terlihat tegak berdiri di arah Barat Daya.
22.Puncak Loser – Puncak Leuser
Jalur dari Puncak Loser menuju Puncak Leuser dapat dikatakan sebagai jalur yang cukup ekstrim, karena jalur di sini berisikan igir-igir tipis juga seringnya kabut tebal menyertai tim kita dan diperlukan kehati-hatian yang cukup tinggi jika kita melewati jalur ini. Menjelang Puncak Leuser, kita akan disambut oleh bentuk jalur yang cukup landai dan kemudian kita akan melewati jalur yang cukup terjal di akhir jalur menuju Puncak Leuser ini. Menjelang Puncak Leuser, juga terdapat sebuah alun-alun (padang batuan vulkanik), dimana kita dapat melihat Puncak Leuser dari kejauhan di tempat ini. Puncak Leuser tidak terlalu luas, tidak ada tiang tringulasi di puncak ini. Puncak yang menempati urutan ketiga tertinggi di kawasan pegunungan Leuser ini lebih popular dari pada puncak tertinggi pegunungan ini yaitu puncak Tanpa Nama. Jika cuaca cerah kita bisa melihat dengan jelas hamparan pegunungan Leuser ini dan sayup-sayup diarah Barat tampak pantai barat Aceh dengan kota-kota pelabuhannya.
23.Simpang Tanpa Nama – Puncak Tanpa Nama
Setelah Puas menikmati pemandangan dan pendokumentasian dari puncak Leuser,Tim pun dengan segera melakukan penurunan menuju Pos Lapangan Bola, setiba di lapangan Bola dan hari sudah mulai gelap, cuaca yang kurang bersahabat, tim sepakat untuk melanjutkan perjalanan esok hari dengan targetan harus sampai di pos Simpang Tanpa Nama.
Keesokan harinya tim segera melakukan perjalanan kembali menuju pos Simpang Nama ,dipos Simpang Tanpa Nama itu sendiri adalah tempat kita terakhir ngecamp untuk persiapan melakukan summit attack selanjutnya menuju Puncak Tanpa Nama , Menurut informasi yang tim dapatkan dulu Puncak Tanpa Nama tersebut bernama Puncak Syamsudin Mahmud dimana beliau adalah salah satu gubernur Aceh pada masa itu, tapi karena ada pro dan kontra di masyarakat setempat, maka di kembalikan lagi lah nama nya menjadi puncak tanpa nama. jalur menuju puncak Tanpa Nama terdapat di sebelah kiri di persimpangan antara ke puncak Loser dan Puncak Tanpa Nama bisa di kategori kan landai naik- turun nya punggungan dan di hiasi banyaknya tumbuhan perdu dan tumbuhan lumut yang mengering. Setelah pendaki mencapai puncak tanpa nama akan di suguhi pemandangan yang luar biasa indah nya,bentuk puncak tanpa nama itu sendiri sangat luas dan datar layak nya mirip perahu yang terbalik bila kita melihat dari kejauhan.dikarenakan Puncak Tanpa Nama adalah Puncak yang tertinggi di pegunungan Leuser maka Kita bisa melihat puncak Leuser dan Loser dari kejauhan