Pendakian
Gunung Argopuro
Try Out “Binaiya Mountain eXpedition”
Adventure Season 2012
Bramatala-UTama, kami sebagai anggota muda setelah melakukan masa bimbingan
kami membentuk tim Adventure Season divisi Gunung Hutan yang kami beri nama“Binaiya
Mountain eXpedition” yang kami singkat BMX. Tim BMX terdiri dari ketua yaitu
Claudio Bastian (Kicau Rembulan) sebagai ketua tim, Efa Fauziyah (Arka Wana)
sebagai sekretaris, Santa Clara (Arka Wana) sebagai bendahara dan pubdok,
Patricia Rahim (Arka Wana) sebagai logistik dan P3K, dan Okky Tryana (Arka
Wana) sebagai Perijinan dan Transportasi. Kami memilih Gunung Argopuro, Jawa
Timur sebagai lokasi Try Out danGunung
Binaiya, Maluku Tengah sebagai lokasi Adventure
Season.
Gambaran Umum Gunung Argopuro
Gunung Argopuro
atau Argopura merupakan gunung dengan
jalur terpanjang di pulau Jawa.Dengan panjang jalur ± 41km. Gunung Argopuro memiliki ketinggian 3.029 mdpl, termasuk jenis
gunung yang mempunyai banyak puncak dijajaran Pegunungan Iyang. Gunung Argopuro
terletak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Di Gunung Argopuro juga
terdapat Puncak Rengganis dengan ketinggian 3.040 mdpl dan Puncak Tanpa nama
atau Puncak Welirang yang berada disamping Puncak Argopuro. Gunung Argopuro
terkenal dengan gunung yang mempunyai cerita mistis dan dianggap angker oleh
masyarakat setempat.
Gunung
Argopuro ini berada dalam pengawasan BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam)
Bermi dan Baderan.Gunung Argopuro itu dapat dikatakan pegunungan yang aktif,
terbukti di puncak Rengganis masih banyak belerang sisa letusan gunung dan bau
belerangnya pun masih menyengat, ini menandakan bahwa pegunungan itu masih
aktif namun sedang tidur.
Di gunung
Argopuro terdapat air terjun tepatnya di sekitaran desa Bermi yang dipercaya
sebagai tempat mandinya para prajurit Dewi Rengganis atau sebagai tempat
singgah untuk beristirahat sejenak. Menurut kepercayaan setempat juga apabila
di puncak Argopuro telah terjadi kabut dan sama sekali tidak kelihatan itu
tandanya ada yang meninggal di pegunungan Argopuro.
Menurut Pak
Darto ( sesepuh di desa Baderan) Kepercayaan warga setempat khususnya warga
Desa Baderan masih kental terhadap Dewi Rengganis dibandingkan Desa Bermi,
mereka meyakini seolah- olah Dewi Rengganis itu dianggap roh telah memberikan
kesejahteraan kepada mereka baik dalam sandang, pangan, maupun papan. Salah
satu contoh setiap memasuki musim panen semua warga melakukan upacara adat
selamatan sebagai salah satu wujud syukur mereka kepada Dewi Rengganis. Ada
pantangan di puncak Rengganis dilarang mengambil batu , khusunya batu yang
berwujud seperti wajah manusia, selain itu adapula ukiran batu yang dibuat oleh
prajuritnya, konon bila ada yang berani mengambil batu itu bisa berakibat
fatal.
Pada zaman
Hindu-Budha terjadi pertempuran besar antara Argopuro dengan Dewi Rengganis,
konon Argopuro itu menganut paham islam sedangkan Rengganis itu Hindu
pertempuran yang besar itu dimenangi oleh Dewi Rengganis. Dewi Rengganis itu
bernama Sari Ratu Epuh Dewi Rengganis berwujud perempuan cantik dan mempunyai
paras wajah yang menarik. Dewi Rengganis mempunyai prajurit yang bernama Ahmad
Ashari, Romo dan Lasmono.Romo dan Lasmono itu tempatnya sekarang berada di
Gunung Semeru. Di puncak Rengganis terdapat makam Dewi Rengganis yang letaknya
berada di atas makam para prajuritnya, sebenarnya menurut kepercayaan warga
setempat Dewi Renggganis itu masih hidup sampai sekarang, namun makam itu hanya
sebagai kode untuk masyarakat setempat sebagai tempat yang disucikan,
sebenarnya itu bukan makam melainkan patilasan Dewi Rengganis. Di patilasan itu
terdapat uang logam Rp. 500,00 kono katanya bila kita mengambil uang itu tidak
segera ditukarkan maka uang itu akan hilang dan kembali lagi ke patilasan Dewi
Rengganis.
Selain
itu apabila kita tidur di puncak Rengganis kita dapat melihat wujud Dewi
Rengganis namun di dalam mimpi. Pada zaman dulu
ceritannya Dewi Rengganis berkeinginan untuk mempunyai sapi dengan
syarat khusus tanduknya harus berbentuk seperti huruf V lanta menyuruh kepada
prajuritnya itu untuk membeli sapi, setelah mendapatkannya lalu sapi itu
beranak 20 ekor, dari 20 ekor anak sapi itu 5 ekor sapi di bawa ke mekkah, 4
ekor sapi dijual oleh prajuritnya dan sisanya ada di desa Baderan dan warga
setempat pun tidak tahu dimana sekarang keberadaan sapi itu.
Bila melakukan
pendakian melalui jalur Baderan akan menemukan bekas landasan udara yang
membentang luas dengan padang savana yang menyelimutinya yaitu Cikasur. Pada
zaman Belanda para penjajah berusaha menguasai rempah-rempah di sekitaran
pegunungan Argopuro lantas mereka membuat bandara di cikasur, ini terbukti
cikasur itu dijadikan sebagai tempat transit pesawat untuk mengambil
rempah-rempah. Namun para penjajah kebingungan untuk menguasai seluruh sumber
daya alam mereka tidak mempunya pekerja, oleh karena itu mereka mengambil
orang-orang Madura untuk dipekerjakan secara paksa (kerja Rodi), orang Madura
ini bisa membuktikan bahwa sebenarnya masyarakat asli sekitar pegunungan
Argopuro itu para pendatang dari Madura.
Jalur
Pendakian
Jalur pendakian
menuju Gunung Argopuro terdapat dua jalur utama yang biasa digunakan oleh para
pendaki. Yaitu pertama jalur Bermi (Desa Bremi, Kecamatan Krucil, Kabupaten
Probolinggo) dan yang kedua jalur Baderan (Desa Baderan, Kecamatan
Sumbermalang, Kabupaten Situbondo). Bila memulai pendakian melalui jalur Bermi
untuk mencapai puncak Argopuro terdapat empat pos yang dapat didirikan camp yaitu Taman Hidup, Aengkenek,
Cisentor, dan Rawa Embik hingga puncak Argopuro. Sedangkan untuk menuju Desa
Baderan dari pertigaan Cisentor selanjutnya mengarah ke pos Cikasur dan Mata
air I hingga Desa Baderan. Di lapangan
Cikasur terdapat juga jalur dari Jember, apabila kita menuju Cikasur jalur
tersebut berada didepan samping kanan jalur.
Deskripsi Jalur
1. Desa Bermi – Danau Taman Hidup
Pendakian dimulai dari Desa Bermi.Desa Bermi merupakan desa yang terletak di dataran
tinggi Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Kecamatan Krucil berada pada
ketinggian 500-1000 mdpl dan Desa Bermi sendiri berada pada ketinggian 960
mdpl. Desa Bermi dapat dikatakan sebagai pintu masuk bagi para pendaki yang
akan mendaki ke Gunung Argopuro, jalur
pendakian dari pintu rimba menuju danau taman hidup cukup jelas, pendakian
dimulai dari polsek Bermi lalu melewati rumah penduduk dan wisata air dingin
(aeng dingin), setelah kita berjalan ± 500 m melewati pemukiman warga dan
menemukan pertigaan dimana terdapat pos yang menuju ke wisata air terjun, jalur
dari start ke pos wisata terbilang cukup landai dan aman. Dari pos wisata menuju ke arah kanan yang merupakan jalur ke
Danau Taman Hidup. Vegetasi hutan di samping jalur terdapat perkebunan warga
seperti pohon balsah, kopi, dan jagung. Setelah melalui perkebunan penduduk
lalu melewati vegetasi hutan yang rapat akan menemukan sebuah pondok yang
disekitarnya ditumbuhi pohan damar. Jalur pendakian menuju Danau Taman hidup
sangat menguras tenaga dengan medan yang cukup terjal dan banyaknya pohon yang
tumbang, Kemiringan jalur dapat mencapai ±30°-45° untuk sampai ke Danau Taman
Hidup diperlukan waktu sekitar 5-7 jam. Sebelum sampai ke Danau Taman Hidup
terdapat shelter yang lumayan besar
dan terdapat papan keterangan dari pihak BKSDA. Tidak jauh dari shelterakan menemukan persimpangan, bila
ke arah kiri akan menuju ke Cemara lima dan ke arah kanan menuju Danau Taman Hidup.
2.
Danau
Taman Hidup – Cemara Lima
Danau
Taman Hidup merupakan danau yang luas letaknya berada didepan gunung Cemara
Lima. Di danau taman hidup terdapat dermaga, tetapi sayangnya dermaga ini sudah
tidak terawat lagi kondisinya. Menurut cerita di daerah ini tidak boleh
berteriak dan membuat kegaduhan dikarenakan dapat terjadi kabut secara
mendadak. Biasanya pendaki selalu menyempatkan untuk mendirikan camp di Danau Taman Hidup karena memilik
pemandangan yang indah dan cukup menarik terutama di pagi hari udaranya sangat
sejuk dan pantulan sinar matahari ke danau yang begitu mempesona dan juga floranya yang indah.
Waktu yang ditempuh untuk
melakukan Pendakian dari Danau Taman Hidup menuju Cemara Lima sekitar 4 jam 35
menit dengan jarak yang ditempuh sekitar 3,47 km. Perjalanan dimulai dari danau
taman hidup mengarah kembali ke shelter
persimpangan. Tidak jauh setelah melalui jalur cemara lima akan menemui sungai
kering. Jalur menuju Cemara Lima sudah banyak ditemui pohon tumbang dan ditumbuhi
ilalang yang tingginya ±1 meter sehingga menganggu pergerakan. Jalur yang
dilalui memipir lembahan dan punggungan dengan sudut kemiringan ±10°-45°.Di
samping kiri jalur terdapat jurang dan ditumbuhi pohon pinus serta cemara.
Cemara lima merupakan tempat yang banyak ditumbuhi pohon pinus yang telah
terbakar. Untuk itu tidak disarankan bagi para pendaki medirikan camp, karena lahan yang terlalu terbuka
dan angin disekitar cemara hidup yang bertiup begitu kencang serta tidak
terdapat sumber air.
3.
Cemara
Lima – Cisinyal
Cemara
Lima merupakan pegunungan dengan ketinggian 2502 mdpl.Di pegunungan ini banyak
terdapat pohon pinus dan cemara yang terbakar mengakibatkan suhu di sekitar
menjadi panas. Jarak antar Cemara Lima menuju Cisinyal ±1,72 km dengan waktu
tempuh 1 jam 24 menit. Jalur menuju Cisinyal sudah banyak tertutupi oleh
rumput-rumput liar yang mengganggu penglihatan dan pohon tumbang yang tertutupi
rumput sehingga sering tersandung,dari cemara lima menuju cisinyal akan
menemukan persimpangan kearah kiri langsung menuju kaki Gunung Argopuro dan ke
arah kanan menuju cisinyal. Dari persimpangan ini menuju ke arah kanan menuju
cisinyal dengan jalur lebih banyak
melipir lembahan, punggungan serta sudut kemiringan ±30°-40°. Dengan jalur
seperti itu tenaga cukup terkuras sehingga
Disebelah kiri jalur ada beberapa tebing yang curam dan jurang sehingga
harus berhati-hati bila melewati jalur ini. Cisinyal itu sendiri hanya sebuah shelter, karena ukuran shelter yang kecil dan tidak terdapat
sumber air membuat para pendaki untuk tidak bermalam disini.Untuk resection di sini sangat sulit karena
berada di antara tebing dan jurang dan uniknya di pos ini, sinyal handphone terdeteksi.
4.
Cisinyal
– Aengkenek
Cisinyal
merupakan sebuah shelter kecil yang
berada di antara tebing dan jurang yang mengakibatkan sulitnya sumber
air.Cisinyal dapat mendeteksi sinyal handphone,
dinamakan cisinyal karena di sekitar daerah tersebut dapat mendeteksi
sinyal.Waktu yang diperlukan untuk sampai ke Aengkenek sekitar 1 jam 39 menit
dengan jarak yang ditempuh sekitar 1,75km.Jalur pendakian dari Cisinyal menuju
Aengkenek sudah sangat tertutup oleh tumbuhan ilalang dan tumbuhan traptap
sangat banyak di sepanjang jalur mengakibatkan harus hati-hati karena bila
menyentuh tumbuhan ini dapat menimbulkan efek gatal cukup lama. Rimbunnya
tumbuhan ilalang salah satu faktor dari karakteristik jalur ini dan sudah
terdapan jalur baru dari cemara lima langsung ke kaki gunung argopuro
disebabkan jarangnya para pendaki yang memilih untuk melewati jalur ini. Jalur
menuju Aengkenek cukup jauh dan terlalu banyak melipir lembahan yang cukup
curam.Perjalanan menuju Aengkenek terdapat satu sungai kering, melipir
lembahan, melewati dua punggungan dan banyak pohon besar yang tumbang serta
terdapat lereng di samping kanan jalur yang dilewati menyebabkan tenaga banyak
terkuras.Di Aengkenek dapat mendirikan camp,
hanya saja tidak luas dapat mendirikan ±2 tenda yang berkapasitas 4 orang dan
disekitarnya banyak ditumbuhi rumput-rumput yang tinggi.Sumber air di shelter ini terdapat sungai kecil yang
disampingnya terdapat pohon besar yang tumbang.Pohon di sekitarannya banyak
yang terbakar.Selain itu di shelter
ini juga ketika malam sering muncul binatang seperti tikus, babi hutan.Jadi di
sarankan untuk membuat obor di sekitaran tenda untuk mencegah hal yang tidak di
inginkan dan menyimpan logistik dan konsumsi ke dalam tenda.Posisi shelter ini berada di lembahan sehingga
untuk melakukan resection sangat
sulit.
5.
Aengkenek
– Cisentor
6.
Cisentor
– Rawa Embik
Cisentor
ialah sebuah pondok yang letaknya di dekat aliran sungai, untuk mencapai ke
aliran sungai sekitar 10 meter dari pondok.Cisentor berada di ketinggian 2471
mdpl.Namun sayangnya pondok cisentor ini sudah mulai rusak dan banyak coretan
tangan.Jalur menuju Rawa embik melewati tujuh punggungan, tiga lembahan, banyak
pohon tumbang yang melintang di jalur, savanna yang jalurnya tidak rata serta
tumbuhan ilalang termasuk tumbuhan traptrap.Sudut Kemiringan terdapat 20°-40°.
Waktu yang diperlukan dari Cisentor menuju Rawa Embik sekitar 1 jam 35 menit dengan
jarak yang ditempuh 2,55 km. Di jalur ini pun terdapat plat besi HM (hutan
margasatwa) sehingga jalur ini sangat jelas. Di jalur menuju rawa embik banyak
dilewati jejak kaki binatang terutama babi hutan. Rawa embik terdapat disebelah kanan jalur menuju puncak. Sumber
air di rawa embik terdapat di parit kecil namun aliran airnya sangat
kecil.Sungai yang dingin dan jernih, terdapat juga selada air di sekitaran
aliran sungai.Para pendaki tidak jarang mengambil salada air disana untuk
dikonsumsi.Di Rawa embik juga terdapat savana yang luas. Di sini juga dapat
mendirikan tenda tapi tempatnya begitu terbuka, suhunya sangat dingin. Fauna
yang khas seperti merak,kucing hutan, babi hutan. hanya saja burung merak
tersebut tidak terlihat, hanya suaranya saja yang terdengar.
7. Rawa Embik – Puncak
Rengganis
Rawa embik merupakan shelter kecil,
suhu di rawa embik sangat dingin dan berada di ketinggian 2774 mdpl.Salada air
banyak ditemukan dialiran sungai kecil sekitar Rawa Embik.Para pendaki sering
mengambil salada air ini untuk di konsumsi. Dari Rawa embik menuju puncak
Rengganis memerlukan waktu 1 jam 32 menit dengan jarak ± 2km. Untuk menuju
puncak Rengganis, akan melewati beberapa savana yang cukup luas dengan jalur
yang tidak rata dan tertutup oleh rumput sehingga kaki rentan terkilir. Di
perjalanan menuju puncak Rengganis sering dijumpai beberapa binatang khas yang
sering terlihat di pagi dan sore hari. Setelah berjalan cukup lama akan
menemukan pertigaan yaitu ke arah kiri menuju puncak rengganis, jalur lurus ke puncak Welirang, dan kekanan
menuju puncak Argopuro. Petunjuk jalur dipertigaan ini sangat jelas, jadi para
pendaki tidak perlu khawatir tersesat. Sudut kemiringan jalur yang dilalui
menuju puncak Rengganis mencapai ± 30°-55° dengan jalur seperti tangga yang
berbatu. Puncak Rengganis merupakan puncak pertama yang tim capai. Di puncak
ini sudah tercium aroma belerang yang sangat menyengat. Puncak Rengganis
memiliki pemandangan yang cukup indah dan di puncak juga terdapat sisa-sisa
bangunan kerajaan, dan patilisan Dewi
Rengganis yang biasa dianggap sebagai makam Dewi Rengganis. Dan disana juga
terdapat dua kuburan yang dianggap sebagai kuburan para pengawal Dewi
Rengganis.Dipuncak ini juga banyak terdapat tumbuhan cantigi.Dan didepan puncak
Rengganis terdapat Puncak Welirang dan Puncak Argopuro.
8. Puncak Rengganis – Puncak Welirang
Puncak Rengganis terletak pada ketinggian 3040
mdpl.Puncak Rengganis terkenal dengan mistisnya.di puncak Rengganis ini sangat
bagus untuk mengambil foto karena pemandangan alam disekitarnya terlihat cukup
bagus. Di puncak ini terdapat kawah rengganis yang letaknya di bawah patilasan
dewi rengganis.Di patilasan Dewi Rengganis terdapat sesajen seperti uang
ratusan logam, ketupat, dan lain-lain. Menurut cerita apabila mengambil batu
atau arca berbentuk seperti wajah manusia maka akan terjadi sesuatu. Dari
puncak Rengganis,kembali lagi menuju pertigaan savana. Puncak selanjutnya
adalah puncak Welirang atau puncak Arca dengan mengambil jalur lurus.Puncak
Arca terdapat tumpukan batu atau punden berundak. Untuk mencapai puncak
Welirang, pendakian melewati lima punggungan dengan kemiringan mencapai ±50° dengan jalur yang
cukup terjal, berbatu dan berpasir. Untuk mencapai puncak Welirang menempuh
waktu ±23 menit dengan jarak sekitar ±1,2 km. Di puncak Welirang ini angin
bertiup sangat kencang dan di puncak ini juga kita dapat melihat puncak Gunung
Semeru dengan jelas. Nama lain dari puncak Welirang ialah puncak Tanpa Nama.
9. Puncak Welirang – Puncak Argopuro
Setelah mencapai puncak Welirang, kami melanjutkan kembali pendakian ke
puncak Argopuro.Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.029 mdpl. Waktu tempuh
untuk mencapai sekitar ±7 menit dari puncak Welirang menuju puncak Argopuro dengan jarak yang ditempuh
sekitar 0,6 km. Dengan jalur yang terjal dengan sudut kemiringan mencapai ± 55°
dan jalur yang kami daki seperti tangga yang berbatu dan berpasir. Sebelum
sampai di puncak Argopuro akan melewati satu puncakan kecil dan disana terdapat
susunan batu. Tidak jauh dari puncakan kecil
tersebut, turun dan menuju puncak Argopuro yang
tidak terlalu luas, dan disana juga terdapat tumpukan batu yang disusun
menyerupai seperti punden berundak. Di puncak Argopuro terdapat juga pohon
pinus yang gundul. Dari puncak Argopuro kita dapat melihat beberapa gunung lain
disekitarnya yang sangat menakjubkan, namun sayangnya puncak Argopuro seperti
bukan puncak karena disekitarnya ditumbuhi pohon dan semak-semak.
10. Cisentor - Cikasur
Pendakian dilanjutkan untuk kembali ke Cisentor. Dari puncak Argopuro
menuju Cisentor menempuh waktu selama ±1 jam 38 menit. Pos selanjutnya yang
akan kami tuju adalah Cikasur. Pendakian menuju Cikasur kami melewati jalur dengan jalur yang terjal
dengan kemiringan ±55° dan jalur yang cukup panjang. Melewati dua punggungan,
pohon tumbang, dan banyak savana yang luas yang ditumbuhi rumput ilalang dan
lavender.Disini juga terdapat lapangan terbang yang sangat luas.Menurut cerita,
lapangan terbang ini ada pada zaman Belanda.Di Cikasur terdapat bangunan
Belanda yang sudah rusak, pos untuk mendirikan camp, serta terdapat sungai yang jernih yang cukup jauh dari pos
pendakian.Sungai di Cikasur juga ditumbuhi selada air dan eceng gondok. Di
cikasur terdapat jalur motor. Menurut cerita dari warga, memang dahulu
warga pernah menggunakan motor untuk menuju puncak dan mereka berhenti di pos
Cikasur. Dari Cikasur kami dapat melihat dengan jelas puncak Gunung
Jambangan.Di Cikasur juga ada jalur menuju jember.Dan tak lupa apabila cuaca
sedang panas dan gersang, gunakan masker agar tidak terkena debu dan kulit
tidak terbakar karena lapangan yang terbuka.
11. Cikasur – Alun-alun Kecil
Setelah dari Cikasur, tim melanjutkan pendakian menuju Alun-alun Kecil dengan menempuh
waktu ± 2 jam 10 menit dengan jarak yang ditempuh sekitar 4,9 km.
Untuk mencapai Alun-alun
Kecil tim melewati dua punggungan, dua lembahan dengan kemiringan ±20°-±35°,
savana, satu sungai kering dan satu jembatan kayu. Menuju Alun-alun Kecil juga
kita melewati jalur yang cukup panjang dan terdapat juga jalur bekas jalur
motor.Dijalur ini para pendaki harus hati-hati, karena rumputnya yang
tinggi-tinggi sehingga jalur tidak terlihat.Di Alun-alun kecil ini tidak ada
sumber air, jadi kita harus membawa air dari Cikasur.Pendakian menuju Alun-alun
Kecil ini cukup menguras tenaga dan para pendaki bisa juga dehidrasi karena
cuacanya yang begitu panas dan gersang, serta jalurnya yang panjang dan sangat
terbuka.Di Alun-alun ini lapangannya sangat bagus yang di tengah-tengahnya di
tumbuhi cemara.
12. Alun-alun
Kecil – Mata Air II
Dari
Alun-alun kecil menuju Mata Air II menempuh jarak ±3,3 km ddengan waktu tempuh ±1 jam 45 menit.
Jalur pendakiannya pun sudah tidak terlalu jelas, dikarenakan jalur sudah mulai
tertutupi oleh rumput-rumput yang tinggi.Dengan melewati dua punggungan,
melipir lembahan yang curam dengan kemiringan ± 20°, dan banyak pohon yang
tumbang.Di Mata Air II tidak
terdapat tanda yang menjelaskan tempat ini. Disini
juga terdapat sumber air dimana untuk menemukan sumber air tersebut harus
menempuh waktu ± 40 menit dengan jalur
yang cukup curam. Di Mata Air II untuk buat camp
hanya bisa untuk satu tenda karena ukuran tempatnya yang kecil.
13. Mata
Air II - Mata Air I
Dari Mata Air II ke Mata Air I menempuh jarak ±1,35 km dengan waktu
tempuh 28 menit. Dengan melewati dua punggungan dengan kemiringan ±20° , pohon
tumbang, melipir lembahan dan melewati dua pos bayangan. Pos Mata Air I
merupakan pos pertama pendaki yang lewat dari jalur Baderan. Pos ini ditandai
dengan plang yang besar terbuat dari besi. Di Mata Air I cukup mendirikan tenda
±4 buah tenda yang berkapasitas 4 orang, dan terdapat sumber air dan untuk
mencapai sumber air tersebut ±5 menit dengan jalur yang cukup terjal. Di
seberang Mata Air I terdapat punggungan dan Air terjun yang cukup indah. Dan
pada malam hari kita juga dapat melihat lampu-lampu permukiman warga yang
menyala membuat pemandangan malam hari indah di Mata Air I ini.
14. Mata Air I – Baderan
Dari Mata Air I ke Baderan menempuh jarak ±5,4 km dengan waktu ±3 jam 17 menit. Dengan melewati dua
punggungan dengan kemiringan ±15°, pohon tumbang, melipir lembahan, melewati
tiga percabangan. Dari Mata Air I ke Baderan kita melewati perkebunan penduduk (kebun tembakau,kopi dan buncis), dengan
jalur berbatuan yang cukup terjal. Sepanjang jalur terdapat Mata Air/pancuran
yang segar dan bersih yang biasa digunakan para pendaki untuk minum. Di
sepanjang jalur juga kita bisa menikmati pemandangan perkebunan warga dan air
terjun yang begitu indah. Di perkebunan warga terdapat gubuk yang sebagian di
tempati oleh warga sebagai tempat
tinggal para petani. Pendakian melalui
jalur baderan tidak akan ada bosannya, karena selama perjalanan, pendaki
disuguhi pemandangan yang sangat indah. Dimulai dari pegunungan yang berada di start pendakian hingga savanna yang
sangat luas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar