Rabu, 29 September 2010

Ekspedisi Menyusuri Pulau Paling Selatan Indonesia.

“BARUNA EAST DIVING”

Dalam ekspedisi kali ini, kami salah satu tim Adventure Season BRAMATALA melirik pulau Rote yang memiliki keindahan pantai yang luar biasa dan dengan budayanya yang menarik untuk ditelusuri. Sehingga dengan berbagai sumber yang kami dapatkan dan dirundingkan dengan satu tim, maka kami pun sepakat untuk memilih pulau Rote ini sebagai tujuan ekspedisi.
Kegiatan Adventure Season ini merupakan kelanjutan dari kegiatan Try Out sebelumnya, Alhamdulillah dari awal pembentukan tim hingga sekarang anggota tim tetap berjumlah empat orang. Yaitu Bery Ardiansyah, Deasy Nurmalasari Faridyah (biasa dipanggil Ecy), Indra Karismadia, dan Gede Harry Karistona. Dengan pendamping kak Mike, Kak Uka, dan Kak Rizal. Namun hanya kak Mike yang dapat mendampingi tim untuk berangakt ekspedisi. Kebetulan Satu Tim kami semua dalam angkatan yang sama di Bramatala, yaitu CahyaBelantara.Persiapan telah dilakukan mulai jauh hari sebelum hari keberangkatan. Mulai dari pencarian data mengenai pulau Rote, latihan fisik, pencarian dana, dan juga kesiapan teknis lainnya sebelum pergi ke Rote. Kami juga melakukan presentasi mengenai kesiapan sebelum keberangkatan kepada anggota Bramatala Lainnya, dan Alhamdulillah presentasi kami langsung diterima dan kami dapat berangkat melaksanakan ekspedisi ini.Kami pergi pada tanggal 25 Juli 2010 dari kampus ke BSM kami menggunakan angkot dan membayar biaya sebesar Rp. 3.000/orang. Setibanya di BSM, kami menggunakan bus Primajasa untuk menuju Bandara Soekarno-Hatta dengan biaya Rp. 75.000/orang. Tiba di bandara Soekarno Hatta sekitar jam 2 siang, artinya 3 jam perjalanan karena dari bandung kami berangkat pada pukul 11.00. setelah itu tim melakukan check in dan menunggu kedatangan pesawat di ruang tunggu. Kedatangan pesawat ternyata agak telat dan tiba di jakarta sekitar pukul 17.40, sehingga tim berangkat dari jakarta sekitar pukul 6 sore. Kami menggunakan pesawat Lion Air dengan harga tiket Rp. 780.500/orang. Waktu tempuh Jakarta-Kupang sekitar 4 jam. Sesampainya di Kupang, kami menginap di salah satu kerabat dan keesokan harinya kami melakukan perijinan di Polda Kupang. Dari Polda Kupang kami mendapat rujukan untuk melakukan perijinan juga di Polres Rote.Tanggal 27 Juli 2010 kami melakukan perjalanan (Kupang-Rote). Dari tempat menginap kami mencarter Mobil dengan harga Rp. 50.000. Terdapat juga biaya masuk pintu pelabuhan tenau sebesar Rp. 7.000. Perjalanan ditempuh dengan menggunakan kapal cepat dari Pelabuhan Tenau ke Pelabuhan Ba’a. Kami menggunakan kelas ekonomi dengan biaya Rp. 105.000,00/org. Waktu tempuh sekitar 2 jam. Selain menggunakn kapal cepat, bisa juga menggunkan kapal ferry dan biaya pun lebih murah yakni Rp. 40.000,00 dengan waktu tempuh 4 jam. Namun kami memutuskan untuk menggunakan kapal cepat karena cuaca buruk dan kapal ferry tidak berlayar. Setelah menunggu sebentar di pelabuhan, kapal Ferry cepat yang ditunggu akhirnya datang. Dan kami berangkat menuju pelabuhan Ba’a, Rote.

Sesampainya di Pelabuhan Ba’a, kami menggunkan Otto (angkot di NTT dipanggil Otto) dengan biaya Rp. 50.000,00. Biaya ini untuk perjalanan dari kantor bupati, Polres. Karena tim melakukan perijinan ke kantor bupati dan Polres Rote. Hasil dari perijinan yang kami lakukan sangat memuaskan karena oleh Bupati Rote kami diberi jaminan keamanan dan Pemda setempat siap membantu untuk kelancaran kegiatan ini. Begitu pula di Polres Rote, kebetulan kami bertemu salah satu intel orang bandung sehingga kami sangat dipantau dan diperhatikan.

Oleh Bupati Rote kami direkomendasikan menginap di kantor Pelabuhan Ba’a. Kami pun menginap di tempat tersebut. Keesokan harinya kami mulai melakukan kegiatan susur pantai dengan targetan mencapai halla. Pada kenyataannya tim melebihi desa halla dan tiba di kecamatan Rote Tengah tepatnya di Desa Onatali, kampung Leli. Kami menginap di salah satu pendeta dan tokoh adat Rote yakni Bapak Yerry. Trelihat jelas masyarakat Rote sangat menghargai perbedaan agama. Mereka tetap ramah bahkan sangat menghargai agama kami walaupun agamanya berbeda.

Keesokan harinya kami melakukan kegiatan skin diving di Pantai Leli tepatnya di dekat Batu Termanu. Batu Termanu ini merupakan Batu/tebing yang memiliki pasangan yaitu batu hun, konon mereka adalah suami istri. Pantai Lely ini sangat memiliki potensi untuk dijadikan wisata alam karena pantai dan panorama alam lainnya sangat cantik.


Malam harinya kami pun masih menginap di Pendeta Yerry. Keesokan harinya kami pamitan karena kami akan melanjutkan kegiatan susur pantai. Targetan awal tim adalah sampai di desa Kolla. Akhirnya tim pun sampai di desa Kolla. Tim banyak melalui medan medan diantaranya muara basah, muara kering, hutan lontar, dll. Di perjalanan pun tim selalu melakukan sosiologi pedesaan.
Malam harinya tim menginap di pendeta Yuliana. Rumah tempat kami menginap merupakan rumah adat Rote. Di depan rumah ini terdapat beberapa kuburan. Ternyata rumah rumah di Rote ini masih banyak kuburan di halaman rumahnya. Jadi mereka menguburkan keluarganya di halaman tersebut. Disini pun banyak terdapat hewan ternak seperti babi, sapi, ayam, kerbau. Masyarat Rote ini memang banyak sekali yang beternak dan hewan ternak pun sangat dihargai. Buktinya saja ada hukum adat yang menghukum merka yang membunuh hewan ternak atau tidak sengaja menabrak hewan tersebut. Sangsi yang diberikan dapat bermaca macam salah satunya mengganti kembali hewan yang tertabrak.

Keesokan harinya kami melajutkan perjalanan. Perjalanan yang kami tempuh sampai pada kmapung islam yaitu kampung Oenggae. Di Oenggae ini sangat ramai dengan anak kecil. Oenggae ini merupakan kampun g yang penduduknya turunan Sulawesi. Conon, dahulu nenk moyangnya berlayar dan berlabuh di tempat tersebut. Kami menginap di rumah kisong depan pantai. Keesokan harinya kami melakukan kegiatan skin diving. Kami melakukan kegiatan skin diving di Pantai Baru, kami menggunakan kapal untuk mencapai tempat tersebut. Banyak terumbu karang yang kami temui dan kami pun melakukan pendataan.

Keesokan harinya kami melakukan kegiatan pengabdian lingkungan dan masyarakat di Sd VI Oenggae. Kami memilih desa ini karena kami rasa disini merupakan tempat yang paling banyak anak kecil dan kondisinya pun cocok karena kami dapat mengajar dengan memberikan cita cita pada merka. Karena sebelumnya kami melakukan sosped dan terlihat penduduk disini anak nakanya masih kurang memiliki cita cita. Di Sd ini kami memberikan 4 buah buku diantaranya kamus, RPUL, RPAL, buku pengetahuan lainnya. Selain memberi buku kami mengajar anak kelas 6, kami mengajarkan matematikan dan bahasa inggris. Kemampuan mereka dalam matematika baik sekali namun dalam bahasa inggris masih kurang karena memang pelajaran bahsa inggris ini belum diajarkan. Di Pulau Rote ini pembangunan dalam pendidikan terlihat sedang ditingkatkan, namun dalam hal fasilitas lainnya seperti buku-buku, perpustakaan, guru-guru, masih kurang.


Sekitar pukul 11.00 tim telah selesai melaksakan kegiatan pengabdian lingkungan masyarakat. Tim memutuskan untuk melajutkan susur pantai. Akhirnya tim melakukan kegiatan susur pantai hingga Pelabuhan Pantai Baru. Sesampainya di Pelabuahan Pantai Baru tim dijemput pihak Pemda dan kembali ke Pelabuhan Ba’a. Kami pun menginap di kantor pelabuhan.

Malam harinya kami pun mengolah dat kembali dan mengecek berapa jarak yang telah kami lalui. Ternyata kami telah menempuh sekitar 37 km. Oleh karena itu kami pun berencana agar besok meneruskan perjalanan hingga Desa nethenain agar tim dapat menempuh jarak 50 km sesuai dengan juklak. Keesokan harinya kami melakukan perjalanan dan alhamdulillah kami pun sam;pai di desa Netenaen. Medan yang kami lalui berupa tebing, muara basah, muara kering, persawahan, dll. Dan total susur pantai yang kamik dapatkan adalah 56,1 km.

Setelah itu kami kembali ke kantor pelabuhan. Keesokan harinya kami melajutkan kegiatan untuk skin diving III. Kegiatan ini dilakukan di Batu Hun. Kami menggunakan Otto untuk sampai di pantai tersebut. Ongkos menuju tempat tersebut adalh Rp. 10.000,00/orang. Dari pinggir pantai kami menggunakan perahu sampan untuk dapat melakukan kegiatan skin diving III. Biaya Transportasi sebesar Rp. 10.000 pulang-pergi.

Karang yang kami temui disini sangat banyak dan bagus. Tempat ini lebih luas dari titik dive spot sebelumnya.

Setelah selesai mendata kami kembali ke tempat kami menginap. Keesokan harinya kami ke kantor bupati untuk pamitan pulang serta follow-up proposal yang kami ajukan. Kami pun diminta untuk kembali 2 hari lagi.

Sambil menunggu kembali ke kantor bupati, kami diajak oleh Kang Yogy ( Intel di Polres Rote) untuk melihat panorama indah lainnya di Rote. Kami pun bernagkat menuju Pantai Nambrela-Bo’a. Pantai ini merupakan pusat wisata yang berada di Rote. tempat ini memiliki gulungan o mbak terbaik kedua di dunia. Tahun kemarin saja perlombaan surfing inbternasional berada di tempat ini. Memang terlihat sekali banyak turis yang datang ke tempat ini, namun kami tidak melihat pribumi (orang indonesia) yang datang ke temapt ini. Bahkan sepertinya masyarakat indonesia banyak yang belum mengetahui tempat ini. Sayang sekali potensi pantai ini banyak dilirik oleh wisatawan saing, sehingga mereka banyak memiliki tanah tanah pinggir pantai dan mereka membangun cottage , rumah, restaurant, dll.

Setelah berkunjung kesana. Keesokan harinya kami pun kembali ke Ba’a dan melanjutkan perijinan ke bupati. Kami pun mendapat sumabangan dana dari bupati.

Kami pun memutuskan kembali esok harinya, karena akhirnya setalah beberapa hari tidak jalan karena cuaca buruk, kapal cepat pun sudah mulai berlayar.

Esok harinya kami pulang ke kupang dengan menggunakan kapal cepat dengan biaya yang sama seperti sebelumnya yakni Rp. 105.000/orang. Setibanya di kupang, kami kembali menginap dirumah kerabat. Kami tiba di kupang pada tanggal 8 Agustus, namun karena kami sudah mem-booking pesawat untuk tanggal 12 agustus, maka kami menunggu selama 4 hari. Kami menunggu selama 3 hari di Daerah Soe dan kemudian pulang lagi ke kupang pada tanggal 12 agustus.

Kami diantar ke bandara oleh senior kami dari Bramatala yaitu kak Johan dengan menggunakan mobilnya. Harga tiket pesawat yang kami dapatkan yaitu Rp.575.000/orang dengan menggunakan pesawat Sriwijaya Air. Setibanya di bandara El-Tari, kami juga membayar Airport Tax sebesar Rp.20.000/orang. Kami tiba di Jakarta sekitar pukul 7 malam. Kemdian kami membeli tiket Bus Primajasa menuju BSM bandung dengan harga Rp. 75.000/orang, sambil menunggu bis kami makan malam di bandara.

Kami pun berangkat menuju BSM sekitar pukul 20.15 hingga 23.11. setibanya di BSM, kami mencarter angkot untuk menuju ke kampus dengan biaya Rp. 4.000/orang. Tiba di kampus sekitar pukul 23.50 dan disana sudah banyak anggota Bramatala lainnya yang menunggu kedatangan kami. Alhamdulillah bisa tiba di sekretariat dengan selamat.