Kamis, 26 Juli 2012

Gua-gua di batuan karst Citatah


Simulasi penelusuran gua yang dilakukan oleh tim Caving (Trully Cave Expedition) selama 2 hari di tanggal 7-8 Juni 2012 bertempat di desa Cipatat, Citatah Padalarang. Tim menggunakan kendaraan bermotor selama 3 jam perjalanan. Lokasi yang sulit ditemui dan jalanan yang dipenuhi oleh debu-debu batuan karst tidak menghalangi kami untuk menuju lokasi Gua-gua di batuan karst citatah. Sepanjang perjalanan dipenuhi tebing-tebing yang telah terkikis oleh penambang, sungguh miris.

Tim menuju lokasi camp pertama dan melakukan sosialisasi pedesaan serta survey gua-gua yang ada di daerah camp. Data yang tidak banyak mengharuskan tim mencari lokasi-lokasi gua sendiri, karena gua-gua yang berada dikawasan ini tidak banyak diketahui penduduk sekitar dan jarang dijamah oleh mahasiswa maupun penduduk setempat. Setelah malam hari tiba, tim memutuskan untuk pindah camp ke camp kedua yang jaraknya tidak terlalu jauh dari camp pertama, dikarenakan tempat yang lebih aman dan dekat dengan lokasi gua yang akan ditelusuri.

Pada pukul 23.00 malam hari tim melakukan penelusuran gua dan pemetaan menuju gua Lalay sekitar 500 meter dari camp dengan panjang guanya sekitar ± kondisi gua ini kering dan cukup banyak ornamen yang telah menjadi fosil.

Setelah itu tim melanjutkan penelusuran gua dan pemetaan dengan jumlah tim yang terbagi menjadi 2. Tim pertama yaitu Gadung, Diana, Cion, Novi menuju gua jangkrik (horizontal) dan tim kedua yaitu Dadaw, Assa, Cut menuju gua wayang (vertikal)dengan kedalaman gua ±15 m. Lokasi keduanya sekitar ±350 m dari camp.

Angin yang berhembus kencang di pagi hari membangunkan tim 1 yang telah sampai camp sejak pukul 4 pagi dan menunggu tim 2 kembali ke camp pada pukul 8 pagi. Setelah beristirahat sejenak, tim makan dan packing serta kembali ke camp pertama untuk melanjutkan penelusuran gua yang ada di daerah camp tersebut.


Tim 1 melakukan penelusuran gua dan pemetaan menuju gua no name (horizontal) (belum ada yang mengetahui nama gua tersebut) yang panjangnya ±102,4 meter dengan kondisi gua yang berlumpur dan terdapat banyak ornamen yang masih hidup, setelah selesai melakukan pemetaan pada gua no name, tim 1 melanjutkan penelusuran gua serta pemetaan menuju gua Cikaracak (horizontal) yang panjangnya ±104 meter. Kondisi Gua cikaracak yang terdapat banyak chamber (lorong besar) dan berlumpur serta dipenuhi banyak kelelawar dan siput adalah gua terakhir yang tim 1 data.

Sedangkan pada saat yang sama, Tim 2 melanjutkan pemetaan ke gua Sigailapan (vertikal dan horizontal) yang terletak saling berjauhan dengan gua yang ditelusuri oleh tim 1. Kedalaman gua vertikal ini yaitu ±14 m dan panjang gua horizontalnya sekitar ±50m dan gua ini tembus ke enterance gua lain.

Kondisi mulut gua di daerah ini rata-rata terdapat banyak reruntuhan batu dan gua-gua yang lain sudah habis untuk kepentingan pertambangan marmer. Daerah yang kaya akan batuan karst ini dimanfaatkan oleh sebagian perusahaan marmer sehingga tak heran banyak sekali tebing-tebing dan gua yang sudah habis terkikis untuk kebutuhan perusahaan-perusahaan marmer tersebut tanpa memperdulikan ekosistem yang ada. Selain itu, di daerah ini sangat gersang dan kekurangan air, tidak adanya sungai dan aliran air lainnya membuat daerah ini selalu kekeringan dan kekurangan pasokan air. Bila warga ingin mendapatkan air bersih, maka warga harus mencari ke desa di bawah desa cipatat ini.