Rabu, 31 Oktober 2012

“Binaiya Mountain eXpedition”


Pendakian Gunung Argopuro
Try Out “Binaiya Mountain eXpedition”

 

Adventure Season 2012 Bramatala-UTama, kami sebagai anggota muda setelah melakukan masa bimbingan kami membentuk tim Adventure Season divisi Gunung Hutan yang kami beri nama“Binaiya Mountain eXpedition” yang kami singkat BMX. Tim BMX terdiri dari ketua yaitu Claudio Bastian (Kicau Rembulan) sebagai ketua tim, Efa Fauziyah (Arka Wana) sebagai sekretaris, Santa Clara (Arka Wana) sebagai bendahara dan pubdok, Patricia Rahim (Arka Wana) sebagai logistik dan P3K, dan Okky Tryana (Arka Wana) sebagai Perijinan dan Transportasi. Kami memilih Gunung Argopuro, Jawa Timur sebagai lokasi Try Out danGunung Binaiya, Maluku Tengah sebagai lokasi Adventure Season.

Gambaran Umum Gunung Argopuro

Gunung Argopuro atau  Argopura merupakan gunung dengan jalur terpanjang di pulau Jawa.Dengan panjang jalur ± 41km. Gunung Argopuro memiliki ketinggian 3.029 mdpl, termasuk jenis gunung yang mempunyai banyak puncak dijajaran Pegunungan Iyang. Gunung Argopuro terletak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Di Gunung Argopuro juga terdapat Puncak Rengganis dengan ketinggian 3.040 mdpl dan Puncak Tanpa nama atau Puncak Welirang yang berada disamping Puncak Argopuro. Gunung Argopuro terkenal dengan gunung yang mempunyai cerita mistis dan dianggap angker oleh masyarakat setempat.
            Gunung Argopuro ini berada dalam pengawasan BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam) Bermi dan Baderan.Gunung Argopuro itu dapat dikatakan pegunungan yang aktif, terbukti di puncak Rengganis masih banyak belerang sisa letusan gunung dan bau belerangnya pun masih menyengat, ini menandakan bahwa pegunungan itu masih aktif namun sedang tidur.
                                   Di gunung Argopuro terdapat air terjun tepatnya di sekitaran desa Bermi yang dipercaya sebagai tempat mandinya para prajurit Dewi Rengganis atau sebagai tempat singgah untuk beristirahat sejenak. Menurut kepercayaan setempat juga apabila di puncak Argopuro telah terjadi kabut dan sama sekali tidak kelihatan itu tandanya ada yang meninggal di pegunungan Argopuro.
                                    Menurut Pak Darto ( sesepuh di desa Baderan) Kepercayaan warga setempat khususnya warga Desa Baderan masih kental terhadap Dewi Rengganis dibandingkan Desa Bermi, mereka meyakini seolah- olah Dewi Rengganis itu dianggap roh telah memberikan kesejahteraan kepada mereka baik dalam sandang, pangan, maupun papan. Salah satu contoh setiap memasuki musim panen semua warga melakukan upacara adat selamatan sebagai salah satu wujud syukur mereka kepada Dewi Rengganis. Ada pantangan di puncak Rengganis dilarang mengambil batu , khusunya batu yang berwujud seperti wajah manusia, selain itu adapula ukiran batu yang dibuat oleh prajuritnya, konon bila ada yang berani mengambil batu itu bisa berakibat fatal.
Pada zaman Hindu-Budha terjadi pertempuran besar antara Argopuro dengan Dewi Rengganis, konon Argopuro itu menganut paham islam sedangkan Rengganis itu Hindu pertempuran yang besar itu dimenangi oleh Dewi Rengganis. Dewi Rengganis itu bernama Sari Ratu Epuh Dewi Rengganis berwujud perempuan cantik dan mempunyai paras wajah yang menarik. Dewi Rengganis mempunyai prajurit yang bernama Ahmad Ashari, Romo dan Lasmono.Romo dan Lasmono itu tempatnya sekarang berada di Gunung Semeru. Di puncak Rengganis terdapat makam Dewi Rengganis yang letaknya berada di atas makam para prajuritnya, sebenarnya menurut kepercayaan warga setempat Dewi Renggganis itu masih hidup sampai sekarang, namun makam itu hanya sebagai kode untuk masyarakat setempat sebagai tempat yang disucikan, sebenarnya itu bukan makam melainkan patilasan Dewi Rengganis. Di patilasan itu terdapat uang logam Rp. 500,00 kono katanya bila kita mengambil uang itu tidak segera ditukarkan maka uang itu akan hilang dan kembali lagi ke patilasan Dewi Rengganis.
            Selain itu apabila kita tidur di puncak Rengganis kita dapat melihat wujud Dewi Rengganis namun di dalam mimpi. Pada zaman dulu  ceritannya Dewi Rengganis berkeinginan untuk mempunyai sapi dengan syarat khusus tanduknya harus berbentuk seperti huruf V lanta menyuruh kepada prajuritnya itu untuk membeli sapi, setelah mendapatkannya lalu sapi itu beranak 20 ekor, dari 20 ekor anak sapi itu 5 ekor sapi di bawa ke mekkah, 4 ekor sapi dijual oleh prajuritnya dan sisanya ada di desa Baderan dan warga setempat pun tidak tahu dimana sekarang keberadaan sapi itu.
Bila melakukan pendakian melalui jalur Baderan akan menemukan bekas landasan udara yang membentang luas dengan padang savana yang menyelimutinya yaitu Cikasur. Pada zaman Belanda para penjajah berusaha menguasai rempah-rempah di sekitaran pegunungan Argopuro lantas mereka membuat bandara di cikasur, ini terbukti cikasur itu dijadikan sebagai tempat transit pesawat untuk mengambil rempah-rempah. Namun para penjajah kebingungan untuk menguasai seluruh sumber daya alam mereka tidak mempunya pekerja, oleh karena itu mereka mengambil orang-orang Madura untuk dipekerjakan secara paksa (kerja Rodi), orang Madura ini bisa membuktikan bahwa sebenarnya masyarakat asli sekitar pegunungan Argopuro itu para pendatang dari Madura.
 
Jalur Pendakian                                                                                                
Jalur pendakian menuju Gunung Argopuro terdapat dua jalur utama yang biasa digunakan oleh para pendaki. Yaitu pertama jalur Bermi (Desa Bremi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo) dan yang kedua jalur Baderan (Desa Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo). Bila memulai pendakian melalui jalur Bermi untuk mencapai puncak Argopuro terdapat empat pos yang dapat didirikan camp yaitu Taman Hidup, Aengkenek, Cisentor, dan Rawa Embik hingga puncak Argopuro. Sedangkan untuk menuju Desa Baderan dari pertigaan Cisentor selanjutnya mengarah ke pos Cikasur dan Mata air I  hingga Desa Baderan. Di lapangan Cikasur terdapat juga jalur dari Jember, apabila kita menuju Cikasur jalur tersebut berada didepan samping kanan jalur.

Deskripsi Jalur
1.   Desa Bermi – Danau Taman Hidup
Pendakian dimulai dari Desa Bermi.Desa  Bermi merupakan desa yang terletak di dataran tinggi Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Kecamatan Krucil berada pada ketinggian 500-1000 mdpl dan Desa Bermi sendiri berada pada ketinggian 960 mdpl. Desa Bermi dapat dikatakan sebagai pintu masuk bagi para pendaki yang akan  mendaki ke Gunung Argopuro, jalur pendakian dari pintu rimba menuju danau taman hidup cukup jelas, pendakian dimulai dari polsek Bermi lalu melewati rumah penduduk dan wisata air dingin (aeng dingin), setelah kita berjalan ± 500 m melewati pemukiman warga dan menemukan pertigaan dimana terdapat pos yang menuju ke wisata air terjun, jalur dari start ke pos wisata terbilang cukup landai dan aman. Dari pos wisata  menuju ke arah kanan yang merupakan jalur ke Danau Taman Hidup. Vegetasi hutan di samping jalur terdapat perkebunan warga seperti pohon balsah, kopi, dan jagung. Setelah melalui perkebunan penduduk lalu melewati vegetasi hutan yang rapat akan menemukan sebuah pondok yang disekitarnya ditumbuhi pohan damar. Jalur pendakian menuju Danau Taman hidup sangat menguras tenaga dengan medan yang cukup terjal dan banyaknya pohon yang tumbang, Kemiringan jalur dapat mencapai ±30°-45° untuk sampai ke Danau Taman Hidup diperlukan waktu sekitar 5-7 jam. Sebelum sampai ke Danau Taman Hidup terdapat shelter yang lumayan besar dan terdapat papan keterangan dari pihak BKSDA. Tidak jauh dari shelterakan menemukan persimpangan, bila ke arah kiri akan menuju ke Cemara lima dan ke arah kanan menuju Danau Taman Hidup.

2.   Danau Taman Hidup – Cemara Lima
Danau Taman Hidup merupakan danau yang luas letaknya berada didepan gunung Cemara Lima. Di danau taman hidup terdapat dermaga, tetapi sayangnya dermaga ini sudah tidak terawat lagi kondisinya. Menurut cerita di daerah ini tidak boleh berteriak dan membuat kegaduhan dikarenakan dapat terjadi kabut secara mendadak. Biasanya pendaki selalu menyempatkan untuk mendirikan camp di Danau Taman Hidup karena memilik pemandangan yang indah dan cukup menarik terutama di pagi hari udaranya sangat sejuk dan pantulan sinar matahari ke danau yang begitu mempesona dan juga floranya yang indah.
Waktu yang ditempuh untuk melakukan Pendakian dari Danau Taman Hidup menuju Cemara Lima sekitar 4 jam 35 menit dengan jarak yang ditempuh sekitar 3,47 km. Perjalanan dimulai dari danau taman hidup mengarah kembali ke shelter persimpangan. Tidak jauh setelah melalui jalur cemara lima akan menemui sungai kering. Jalur menuju Cemara Lima sudah banyak ditemui pohon tumbang dan ditumbuhi ilalang yang tingginya ±1 meter sehingga menganggu pergerakan. Jalur yang dilalui memipir lembahan dan punggungan dengan sudut kemiringan ±10°-45°.Di samping kiri jalur terdapat jurang dan ditumbuhi pohon pinus serta cemara. Cemara lima merupakan tempat yang banyak ditumbuhi pohon pinus yang telah terbakar. Untuk itu tidak disarankan bagi para pendaki medirikan camp, karena lahan yang terlalu terbuka dan angin disekitar cemara hidup yang bertiup begitu kencang serta tidak terdapat sumber air.
3.   Cemara Lima – Cisinyal
Cemara Lima merupakan pegunungan dengan ketinggian 2502 mdpl.Di pegunungan ini banyak terdapat pohon pinus dan cemara yang terbakar mengakibatkan suhu di sekitar menjadi panas. Jarak antar Cemara Lima menuju Cisinyal ±1,72 km dengan waktu tempuh 1 jam 24 menit. Jalur menuju Cisinyal sudah banyak tertutupi oleh rumput-rumput liar yang mengganggu penglihatan dan pohon tumbang yang tertutupi rumput sehingga sering tersandung,dari cemara lima menuju cisinyal akan menemukan persimpangan kearah kiri langsung menuju kaki Gunung Argopuro dan ke arah kanan menuju cisinyal. Dari persimpangan ini menuju ke arah kanan menuju cisinyal dengan  jalur lebih banyak melipir lembahan, punggungan serta sudut kemiringan ±30°-40°. Dengan jalur seperti itu tenaga cukup terkuras sehingga  Disebelah kiri jalur ada beberapa tebing yang curam dan jurang sehingga harus berhati-hati bila melewati jalur ini. Cisinyal itu sendiri hanya sebuah shelter, karena ukuran shelter yang kecil dan tidak terdapat sumber air membuat para pendaki untuk tidak bermalam disini.Untuk resection di sini sangat sulit karena berada di antara tebing dan jurang dan uniknya di pos ini, sinyal handphone terdeteksi.

4.    Cisinyal – Aengkenek
Cisinyal merupakan sebuah shelter kecil yang berada di antara tebing dan jurang yang mengakibatkan sulitnya sumber air.Cisinyal dapat mendeteksi sinyal handphone, dinamakan cisinyal karena di sekitar daerah tersebut dapat mendeteksi sinyal.Waktu yang diperlukan untuk sampai ke Aengkenek sekitar 1 jam 39 menit dengan jarak yang ditempuh sekitar 1,75km.Jalur pendakian dari Cisinyal menuju Aengkenek sudah sangat tertutup oleh tumbuhan ilalang dan tumbuhan traptap sangat banyak di sepanjang jalur mengakibatkan harus hati-hati karena bila menyentuh tumbuhan ini dapat menimbulkan efek gatal cukup lama. Rimbunnya tumbuhan ilalang salah satu faktor dari karakteristik jalur ini dan sudah terdapan jalur baru dari cemara lima langsung ke kaki gunung argopuro disebabkan jarangnya para pendaki yang memilih untuk melewati jalur ini. Jalur menuju Aengkenek cukup jauh dan terlalu banyak melipir lembahan yang cukup curam.Perjalanan menuju Aengkenek terdapat satu sungai kering, melipir lembahan, melewati dua punggungan dan banyak pohon besar yang tumbang serta terdapat lereng di samping kanan jalur yang dilewati menyebabkan tenaga banyak terkuras.Di Aengkenek dapat mendirikan camp, hanya saja tidak luas dapat mendirikan ±2 tenda yang berkapasitas 4 orang dan disekitarnya banyak ditumbuhi rumput-rumput yang tinggi.Sumber air di shelter ini terdapat sungai kecil yang disampingnya terdapat pohon besar yang tumbang.Pohon di sekitarannya banyak yang terbakar.Selain itu di shelter ini juga ketika malam sering muncul binatang seperti tikus, babi hutan.Jadi di sarankan untuk membuat obor di sekitaran tenda untuk mencegah hal yang tidak di inginkan dan menyimpan logistik dan konsumsi ke dalam tenda.Posisi shelter ini berada di lembahan sehingga untuk melakukan resection sangat sulit.

5.    Aengkenek – Cisentor
Aengkenek merupakan sebuah shelter yang letaknya dekat aliran sungai yang sangat cocok untuk mendirikan camp.Namun letaknya berada di lembahan mengakibatkan sulitnya melakukan resection.Pendakian dari Aengkenek menuju pos Cisentor memerlukan waktu ± 2 jam dengan menempuh jarak 2,62 km. Melewati tujuh punggungan, lima lembahan dan pohon tumbang serta savana. Sebelum sampai savana, jalur tertutup oleh tumbuhan ilalang dan pohon tumbang mengakibatkan tenaga cukup terkuras dan jalur yang terjal. Setelah keluar dari hutan masuk ke padang savanna, Di savana ini banyak terdapat bunga edelweiss dan tanaman arbei juga beberapa binatang khas seperti babi hutan dapat dijumpai di savana ini. Sudut Kemiringan jalur menuju Cisentor ± 20°-40°.Di savanna harus hati-hati karena sering terkilir kaki disebabkan rumput-rumput kecilmenutupi jalur dan jalurnya tidak rata. Cisentor merupakan pos yang cukup dimana terdapat pos pendaki dan sumber air berupa sungai besar dengan jalan turun kebawah yang tidak terlalu jauh dari pos pendakian, air disini sangat bersih dan segar. Cisentor merupakan pos percabangan antara jalur bermi, jalur baderan, dan jalur  untuk menuju puncak. Dari jalur bermi kekiri menuju puncak sedangkan ke jalur baderan kekanan melewati sungai Cisentor.Di Cisentor itu sendiri terdapat pondok pendakian.Hanya saja pondok tersebut sudah terbuka.Di Cisentor ini dapat mendirikan tenda sekitar ±4 tenda yang berkapasitas 4-5 orang.Di Cisentor suhu nya sangat dingin sekitar ±5 derajat celcius.
6.    Cisentor – Rawa Embik
Cisentor ialah sebuah pondok yang letaknya di dekat aliran sungai, untuk mencapai ke aliran sungai sekitar 10 meter dari pondok.Cisentor berada di ketinggian 2471 mdpl.Namun sayangnya pondok cisentor ini sudah mulai rusak dan banyak coretan tangan.Jalur menuju Rawa embik melewati tujuh punggungan, tiga lembahan, banyak pohon tumbang yang melintang di jalur, savanna yang jalurnya tidak rata serta tumbuhan ilalang termasuk tumbuhan traptrap.Sudut Kemiringan terdapat 20°-40°. Waktu yang diperlukan dari Cisentor menuju Rawa Embik sekitar 1 jam 35 menit dengan jarak yang ditempuh 2,55 km. Di jalur ini pun terdapat plat besi HM (hutan margasatwa) sehingga jalur ini sangat jelas. Di jalur menuju rawa embik banyak dilewati jejak kaki binatang terutama babi hutan. Rawa embik terdapat  disebelah kanan jalur menuju puncak. Sumber air di rawa embik terdapat di parit kecil namun aliran airnya sangat kecil.Sungai yang dingin dan jernih, terdapat juga selada air di sekitaran aliran sungai.Para pendaki tidak jarang mengambil salada air disana untuk dikonsumsi.Di Rawa embik juga terdapat savana yang luas. Di sini juga dapat mendirikan tenda tapi tempatnya begitu terbuka, suhunya sangat dingin. Fauna yang khas seperti merak,kucing hutan, babi hutan. hanya saja burung merak tersebut tidak terlihat, hanya suaranya saja yang terdengar.
7.  Rawa Embik – Puncak Rengganis
Rawa embik merupakan shelter kecil, suhu di rawa embik sangat dingin dan berada di ketinggian 2774 mdpl.Salada air banyak ditemukan dialiran sungai kecil sekitar Rawa Embik.Para pendaki sering mengambil salada air ini untuk di konsumsi. Dari Rawa embik menuju puncak Rengganis memerlukan waktu 1 jam 32 menit dengan jarak ± 2km. Untuk menuju puncak Rengganis, akan melewati beberapa savana yang cukup luas dengan jalur yang tidak rata dan tertutup oleh rumput sehingga kaki rentan terkilir. Di perjalanan menuju puncak Rengganis sering dijumpai beberapa binatang khas yang sering terlihat di pagi dan sore hari. Setelah berjalan cukup lama akan menemukan pertigaan yaitu ke arah kiri menuju puncak rengganis,  jalur lurus ke puncak Welirang, dan kekanan menuju puncak Argopuro. Petunjuk jalur dipertigaan ini sangat jelas, jadi para pendaki tidak perlu khawatir tersesat. Sudut kemiringan jalur yang dilalui menuju puncak Rengganis mencapai ± 30°-55° dengan jalur seperti tangga yang berbatu. Puncak Rengganis merupakan puncak pertama yang tim capai. Di puncak ini sudah tercium aroma belerang yang sangat menyengat. Puncak Rengganis memiliki pemandangan yang cukup indah dan di puncak juga terdapat sisa-sisa bangunan kerajaan, dan  patilisan Dewi Rengganis yang biasa dianggap sebagai makam Dewi Rengganis. Dan disana juga terdapat dua kuburan yang dianggap sebagai kuburan para pengawal Dewi Rengganis.Dipuncak ini juga banyak terdapat tumbuhan cantigi.Dan didepan puncak Rengganis terdapat Puncak Welirang dan Puncak Argopuro.
8.  Puncak Rengganis – Puncak Welirang
Puncak Rengganis terletak pada ketinggian 3040 mdpl.Puncak Rengganis terkenal dengan mistisnya.di puncak Rengganis ini sangat bagus untuk mengambil foto karena pemandangan alam disekitarnya terlihat cukup bagus. Di puncak ini terdapat kawah rengganis yang letaknya di bawah patilasan dewi rengganis.Di patilasan Dewi Rengganis terdapat sesajen seperti uang ratusan logam, ketupat, dan lain-lain. Menurut cerita apabila mengambil batu atau arca berbentuk seperti wajah manusia maka akan terjadi sesuatu. Dari puncak Rengganis,kembali lagi menuju pertigaan savana. Puncak selanjutnya adalah puncak Welirang atau puncak Arca dengan mengambil jalur lurus.Puncak Arca terdapat tumpukan batu atau punden berundak. Untuk mencapai puncak Welirang, pendakian melewati lima punggungan dengan  kemiringan mencapai ±50° dengan jalur yang cukup terjal, berbatu dan berpasir. Untuk mencapai puncak Welirang menempuh waktu ±23 menit dengan jarak sekitar ±1,2 km. Di puncak Welirang ini angin bertiup sangat kencang dan di puncak ini juga kita dapat melihat puncak Gunung Semeru dengan jelas. Nama lain dari puncak Welirang ialah puncak Tanpa Nama.
9.  Puncak Welirang – Puncak Argopuro
Setelah mencapai puncak Welirang, kami melanjutkan kembali pendakian ke puncak Argopuro.Puncak Argopuro berada pada ketinggian 3.029 mdpl. Waktu tempuh untuk mencapai sekitar ±7 menit dari puncak Welirang menuju  puncak Argopuro dengan jarak yang ditempuh sekitar 0,6 km. Dengan jalur yang terjal dengan sudut kemiringan mencapai ± 55° dan jalur yang kami daki seperti tangga yang berbatu dan berpasir. Sebelum sampai di puncak Argopuro akan melewati satu puncakan kecil dan disana terdapat susunan  batu. Tidak jauh dari puncakan kecil tersebut, turun dan menuju puncak Argopuro yang  tidak terlalu luas, dan disana juga terdapat tumpukan batu yang disusun menyerupai seperti punden berundak. Di puncak Argopuro terdapat juga pohon pinus yang gundul. Dari puncak Argopuro kita dapat melihat beberapa gunung lain disekitarnya yang sangat menakjubkan, namun sayangnya puncak Argopuro seperti bukan puncak karena disekitarnya ditumbuhi pohon dan semak-semak.
10.   Cisentor - Cikasur
Pendakian dilanjutkan untuk kembali ke Cisentor. Dari puncak Argopuro menuju Cisentor menempuh waktu selama ±1 jam 38 menit. Pos selanjutnya yang akan kami tuju adalah Cikasur. Pendakian menuju Cikasur  kami melewati jalur dengan jalur yang terjal dengan kemiringan ±55° dan jalur yang cukup panjang. Melewati dua punggungan, pohon tumbang, dan banyak savana yang luas yang ditumbuhi rumput ilalang dan lavender.Disini juga terdapat lapangan terbang yang sangat luas.Menurut cerita, lapangan terbang ini ada pada zaman Belanda.Di Cikasur terdapat bangunan Belanda yang sudah rusak, pos untuk mendirikan camp, serta terdapat sungai yang jernih yang cukup jauh dari pos pendakian.Sungai di Cikasur juga ditumbuhi selada air dan eceng gondok. Di cikasur terdapat  jalur motor.  Menurut cerita dari warga, memang dahulu warga pernah menggunakan motor untuk menuju puncak dan mereka berhenti di pos Cikasur. Dari Cikasur kami dapat melihat dengan jelas puncak Gunung Jambangan.Di Cikasur juga ada jalur menuju jember.Dan tak lupa apabila cuaca sedang panas dan gersang, gunakan masker agar tidak terkena debu dan kulit tidak terbakar karena lapangan yang terbuka.
11.   Cikasur – Alun-alun Kecil   
Setelah dari Cikasur, tim melanjutkan pendakian menuju Alun-alun Kecil dengan menempuh waktu ± 2 jam 10 menit dengan jarak yang ditempuh sekitar 4,9 km.                         
Untuk mencapai Alun-alun Kecil tim melewati dua punggungan, dua lembahan dengan kemiringan ±20°-±35°, savana, satu sungai kering dan satu jembatan kayu. Menuju Alun-alun Kecil juga kita melewati jalur yang cukup panjang dan terdapat juga jalur bekas jalur motor.Dijalur ini para pendaki harus hati-hati, karena rumputnya yang tinggi-tinggi sehingga jalur tidak terlihat.Di Alun-alun kecil ini tidak ada sumber air, jadi kita harus membawa air dari Cikasur.Pendakian menuju Alun-alun Kecil ini cukup menguras tenaga dan para pendaki bisa juga dehidrasi karena cuacanya yang begitu panas dan gersang, serta jalurnya yang panjang dan sangat terbuka.Di Alun-alun ini lapangannya sangat bagus yang di tengah-tengahnya di tumbuhi cemara.
12.  Alun-alun Kecil – Mata Air II      
Dari Alun-alun kecil menuju Mata Air II menempuh jarak  ±3,3 km ddengan waktu tempuh ±1 jam 45 menit. Jalur pendakiannya pun sudah tidak terlalu jelas, dikarenakan jalur sudah mulai tertutupi oleh rumput-rumput yang tinggi.Dengan melewati dua punggungan, melipir lembahan yang curam dengan kemiringan ± 20°, dan banyak pohon yang tumbang.Di Mata Air II tidak
terdapat tanda yang menjelaskan tempat ini. Disini juga terdapat sumber air dimana untuk menemukan sumber air tersebut harus menempuh waktu ± 40 menit dengan  jalur yang cukup curam. Di Mata Air II untuk buat camp hanya bisa untuk satu tenda karena ukuran tempatnya yang kecil.
13. Mata Air II - Mata Air I
Dari Mata Air II ke Mata Air I menempuh jarak ±1,35 km dengan waktu tempuh 28 menit. Dengan melewati dua punggungan dengan kemiringan ±20° , pohon tumbang, melipir lembahan dan melewati dua pos bayangan. Pos Mata Air I merupakan pos pertama pendaki yang lewat dari jalur Baderan. Pos ini ditandai dengan plang yang besar terbuat dari besi. Di Mata Air I cukup mendirikan tenda ±4 buah tenda yang berkapasitas 4 orang, dan terdapat sumber air dan untuk mencapai sumber air tersebut ±5 menit dengan jalur yang cukup terjal. Di seberang Mata Air I terdapat punggungan dan Air terjun yang cukup indah. Dan pada malam hari kita juga dapat melihat lampu-lampu permukiman warga yang menyala membuat pemandangan malam hari indah di Mata Air I ini.
14. Mata Air I – Baderan
Dari Mata Air I ke Baderan menempuh jarak ±5,4 km dengan waktu  ±3 jam 17 menit. Dengan melewati dua punggungan dengan kemiringan ±15°, pohon tumbang, melipir lembahan, melewati tiga percabangan. Dari Mata Air I ke Baderan kita melewati perkebunan penduduk  (kebun tembakau,kopi dan buncis), dengan jalur berbatuan yang cukup terjal. Sepanjang jalur terdapat Mata Air/pancuran yang segar dan bersih yang biasa digunakan para pendaki untuk minum. Di sepanjang jalur juga kita bisa menikmati pemandangan perkebunan warga dan air terjun yang begitu indah. Di perkebunan warga terdapat gubuk yang sebagian di tempati oleh  warga sebagai tempat tinggal para petani. Pendakian melalui  jalur baderan tidak akan ada bosannya, karena selama perjalanan, pendaki disuguhi pemandangan yang sangat indah. Dimulai dari pegunungan yang berada di start pendakian hingga savanna yang sangat luas.


Tidak ada komentar: